Senin, 21 Mei 2012

MAKALAH KERUSAKAN TERUMBU KARANG DI NTT

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) sebagian besar terdiri dari lautan. Ini merupakan kekayaan alam yang bisa digunakan untuk peningkatan ekonomi. Luas wilayah NTT saat ini mencapai 47.349,9 Km dengan luas lautan sekitar 200 ribu km dan 1.192 pulau. Ini merupakan kekayaan yang luar biasa. Kekayan alam yang bisa diraub dengan potensi ini adalah ikan-ikan yang hidup di laut, potensi wisata bahari, baik di permukaan maupun bawah laut, pembudidayaan mutiara dan rumput laut serta olahraga memancing dan menyelam (diving). Kekayaan dasar laut NTT pun bisa menjadi laboratorium alam untuk berbagai penelitian biota laut. Keanekaragaman sumberdaya perairan Indonesia meliputi sumberdaya ikan maupun sumberdaya terumbu karang. Terumbu karang yang dimiliki Indonesia luasnya sekitar 7000 km2 dan memiliki lebih dari 480 jenis karang yang telah berhasil dideskripsikan.
Sebagai salah satu ekosistem utama pesisir dan laut, terumbu karang dengan beragam biota asosiatif dan keindahan yang mempesona, memiliki nilai ekologis dan
ekonomis yang tinggi. Selain berperan sebagai pelindung pantai dari hempasan ombak dan arus kuat, terumbu karang juga mempunyai nilai ekologis antara lain sebagai habitat, tempat mencari makanan, tempat asuhan dan tumbuh besar serta tempat pemijahan bagi berbagai biota laut. Nilai ekonomis terumbu karang yang menonjol adalah sebagai tempat penangkapan berbagai jenis biota laut konsumsi dan berbagai jenis ikan hias, bahan konstruksi dan perhiasan, bahan baku farmasi dan sebagai daerah wisata serta rekreasi yang menarik.
Proses pemanfaatan sumberdaya perikanan di Indonesia khususnya untuk ikan-ikan karang saat ini banyak yang tidak sesuai. Hal ini disebabkan oleh semakin bertambahnya kebutuhan dan permintaan pasar untuk ikan-ikan karang serta persaingan yang semakin meningkat. Keadaan tersebut menyebabkan nelayan melakukan kegiatan eksploitasi terhadap ikan-ikan karang secara besar-besaran dengan menggunakan berbagai cara yang tidak sesuai dengan kode etik perikanan yang bertanggung jawab. Cara yang umumnya digunakan oleh nelayan adalah melakukan illegal fishing yang meliputi pemboman, pembiusan, dan penggunaan alat tangkap. Semua cara yang dilakukan oleh nelayan ini semata-mata hanya menguntungkan untuk nelayan dan memberikan dampak kerusakan bagi ekosistem perairan khususnya terumbu karang.





1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1.    Apakah terumbu karang itu?
2.    Bagaimanakah keadaan terumbu karang ?
3.    Bagaimanakah kerusakan terumbu karang di NTT serta penyebabnya ?
4.    Solusi apakah yang tepat untuk mengatasi kerusakan terumbu karang?

1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1.    Dapat mengetahui pengertian dari terumbu karang.
2.    Mengetahui keadaan pada terumbu karang
3.    Mengetahui kerusakan terumbu di NTT beserta penyebab terjadinya kerusakan.
4.    Memberikan solusi yang tepat guna mengatasi kerusakan terumbu karang.

1.4 Metode Penulisan
Dalam menyelesaikan makalah ini, penulis menggunakan metode tinjauan pustaka serta membaca-baca yang berkaitan tentang terumbu karang dengan melakukan penjelajahan internet.








BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Terumbu Karang
Terumbu karang adalah kumpulan fauna laut yang berkumpul menjadi satu membentuk terumbu. Struktur tubuh karang banyak terdiri atas kalsium (Ca) dan karbon (C). Hewan ini hidup dengan memakan berbagai mikroorganisme yang hidup melayang di kolom perairan laut.Terumbu karang struktur hidupnya yang terbesar dan tertua di dunia. Untuk sampai kekondisi yang sekarang, terumbu karang membutuhkan waktu berjuta tahun. Tergantung dari jenis, dan kondisi perairannya. Terumbu karang umumnya hanya tumbuh beberapa milimeter saja per tahunnya. Terumbu karang menjadi rumah bagi ribuan spesies makhluk hidup. Jika rumahnya saja dalam kondisi tidak baik atau bahkan hancur, bisa dibayangkan berapa banyak makhluk hidup yang terancam kelangsungan hidupnya.

2.2 Keadaan Terumbu Karang
Terumbu karang (coral reefs) merupakan ekosistem laut yang memiliki kadar CaCO3 (Kalsium Karbonat) tinggi, dan komunitasnya didominasi berbagai jenis hewan karang yang keras. Kalsium Karbonat ini berupa endapan masif yang dihasilkan oleh organisme karang (filum: Scnedaria, klas: Anthozoa, ordo: Madreporaria Scleractinia), Alga berkapur, dan organisme lain yang mengeluarkan CaCO3.
Arah perkembangan terumbu karang dikontrol oleh keseimbangan ketiga faktor yaitu hidrologis, batimetris, dan biologis. Jika ketiga factor tersebut seimbang maka terumbu karang akan berkembang secara radial dan akan terbentuk terumbu paparan dan apabila pertumbuhan ini berlanjut akan terbentuk terumbu pelataran bergoba. Namun jika perkembangan radial dibatasi oleh kondisi batimetri akan terbentuk terumbu paparan lonjong. Terumbu yang terakhir ini tidak membentuk lagun yang benar dan depresi menyudut merupakan penyebaran pasir. Sedangkan terumbu paparan dinding terbentuk pada kondisi batimetris dan hidrologis tidak simetris, di mana perkembangan terumbu terbatas pada satu atau dua arah. Kondisi ini akan menghasilkan perkembangan terumbu secara linier dan membentuk terumbu dinding berupa terumbu dinding tanduk dan terumbu dinding garpu. Terbentuknya terumbu dinding garpu ini menunjukkan adanya arus pasang surut yang kuat. Terumbu karang dapat berkembang dan membentuk suatu pulau kecil.
Terumbu karang mempunyai fungsi yang amat penting bagi kehidupan laut.
Fungsi-fungsi tersebut diantaranya sebagai berikut:
v  Sebagai Spawning Ground dan Nursery Ground. Secara alami, terumbu
karang merupakan habitat bagi banyak spesies laut untuk melakukan pemijahan, peneluran, pembesaran anak, serta makan dan mencari makan (feeding-foraging) terutama bagi sejumlah spesies yang memiliki nilai ekonomis penting.

v  Sebagai pelindung sempadan pantai, dan ekosistem pesisir lain dari terjangan arus kuat dan gelombang besar.

v  Penyokong keberadaan pulau kecil yang ada disekitarnya.

v  Gudang keanekaragaman hayati laut.

2.3 Kerusakan Terumbu Karang di NTT
Kekayan alam yang bisa diraub dengan potensi ini adalah ikan-ikan yang hidup di laut, potensi wisata bahari, baik di permukaan maupun bawah laut, pembudidayaan mutiara dan rumput laut serta olahraga memancing dan menyelam (diving). Kekayaan dasar laut NTT pun bisa menjadi laboratorium alam untuk berbagai penelitian biota laut.
Namun kekayaan bawa laut ini akan hilang bisa tidak dilestarikan sejak kini. Aktivitas bom ikan yang masih berlangsung berpotensi merusak kekayaan biota laut.
Saat ini saja, kerusakan terumbu karang yang merupakan sumber kehidupan bioata laut terjadi hampir di seluruh wilayah Indonesia. Pemboman ikan bukan saja mematikan ikan tetapi berdampak pada kerusakan seluruh biota laut.
Tahun 2006, Coral Reef Rehabilitation and Management Program (Coremap)-LIPI telah melakukan pemetaan terumbu karang di seluruh Indonesia, dengan luasan terumbu karang tercatat sekitar 75 ribu km persegi yang tersebar di sekitar 841 lokasi di seluruh wilayah Indonesia. Coremap melaksanakan pemetaan di tiga wilayah Indonesia, yaitu Indonesia Barat, Tengah dan Timur. Penelitian di wilayah Indonesia Tengah termasuk perairan NTT yakni Kupang dan Maumere. Hasil penelitian tersebut menyebutkan, sekitar 75 persen terumbu karang di Teluk Maumere, Kabupaten Sikka mengalami kerusakan akibat cara penangkapan ikan yang dilakukan nelayan menggunakan bom dan racun-racun lainnya.
Terdapat 97 titik di perairan Teluk Maumere dan sekitarnya namun sebagian besar terumbu karang sudah rusak atau mati dan sisanya hanya 25 persen. Ini data yang disampaikan Coremap, sebuah program bantuan asing yang memfokuskan perhatiannya pada bidang pengelolaan terumbu karang.
Akibat dari terumbu karang yang sudah rusak itu, katanya, jumlah ikan yang hidup di laut berkurang. Dampak lanjutannya adalah penghasilan nelayan menurun dan sumber nutrisi untuk manusia pun ikut berkurang.
Terumbu karang di Teluk Maumere memiliki keindahan dan aneka warna sehingga dijadikan sebagai salah satu taman laut di Indonesia. Namun banyak di antaranya rusak karena kegiatan pengemboman ikan dan gempa bumi yang terjadi pada 1992.
Kerusakan terumbu karang di Teluk Kupang juga cukup memprihatinkan. Berbeda dengan kasus Maumere, terumbu karang di Kupang rusak karena ekploitasi yang dilakukan para pembuat kapur. Bahan baku pembuatan kapur tersebut membuat para penambang tidak saja mengambil karang laut di tepi pantai, namun sudah masuk hingga ke dalam laut.
Eksploitasi hasil laut secara sacara seperti mengambil karang laut juga merupakan bentuk pengrusakan biota laut. “Karang merupakan rumah ikan sekaligus sumber makanan bagi ikan, sementara karang membutuhkan waktu sangat lamah untuk tumbuh dan berkembang.
Berikut ini adalah beberapa faktor yang menyebabkan rusaknya terumbu karang :
v  Sedimentasi
Konstruksi di daratan dan sepanjang pantai, penambangan atau pertanian di daerah aliran sungai ataupun penebangan hutan tropis menyebabkan tanah mengalami  erosi dan terbawa melalui aliran sungai ke  laut dan  terumbu karang.  Kotoran-kotoran, lumpur ataupun pasir-pasir ini dapat membuat air menjadi kotor dan tidak jernih lagi sehingga karang tidak dapat bertahan  hidup karena kurangnya cahaya. Hutan mangrove dan padang lamun yang berfungsi sebagai penyaring juga menjadi rusak  dan menyebabkan sedimen dapat mencapai terumbu karang. Penebangan  hutan mangrove untuk keperluan kayu bakar dapat merubah area hutan mangrove tesebut menjadi pantai terbuka. Dengan membuka tambak-tambak udang dapat merusak tempat penyediaan udang alami.
v  Penagkapan ikan dengan bahan peledak

Penggunaan bahan peledak untuk penangkapan ikan oleh nelayan  akan mengakibatkan penangkapan ikan secara  berlebihan, sehingga  menyebabkan tangkapan ikan akan berkurang dimasa berikutnya. Penggunaan Kalium Nitrat (sejenis pupuk) sebagai bahan peledak akan mengakibatkan  ledakan yang besar, sehingga membunuh ikan dan merusak  karang di sekitarnya. 




v  Aliran Drainase
Aliran drainase yang mengandung pupuk dan  kotoran yang terbuang ke perairan pantaiyang mendorong pertumbuhan  algae yang akan menghambat pertumbuhan polip karang, mengurangi asupan  cahaya dan oksigen. Penangkapan secara berlebihan membuat masalah  ini bertambah  buruk karena ikan-ikan yang biasanya makan algae juga ikuk tertangkap
v  Penggunaan racun sianida terhadap karang
Kapal-kapal penangkap ikan seringkali menggunakan Sianida dan racun-racun lain untuk menangkap ikan-ikan karang yang berharga. Metode ini  acap digunakan untuk menangkap ikan-ikan tropis untuk akuarium dan sekarang digunakan untuk menangkap ikan-ikan sebagai konsumsi restoran-restoran yang memakai  ikan hidup.
v  Pengambilan dan Pengerukan
Pengambilan karang untuk digunakan sebagai bahan baku konstruksi atau dijual untuk cinderamata juga merusak terumbu karang. Demikian pula pengerukan dan pengeboman karang  untuk konstruksi di daerah terumbu karang.
v  Pemanasan Global
Terumbu  karang juga terancam oleh pemanasan global. Pemutihaan terumbu karang meningkat selama dua dekade terakhir,   masa dimana bumi mengalami beberapa kali suhu tepanas dalam sejarah. Ketika suhu laut meningkat sangat tinggi, polip karang kehilangan algae simbiotik didalamnya, sehingga mengubah warna mereka menjadi putih dan akhirnya  mati. Pemanasan global juga mengakibat cuaca ekstrim sukar diperkirakan, seperti badai tropis yang  dapat mengakibatkan kerusakan  fisik ekosistem terumbu karang yang sangat besar. Meningkatnya permukaan laut juga menjadi ancaman serius bagi terumbu karang dan pulau-pulau kecil maupun atol.

2.4 Solusi
1. Zonasi
Pengelolaan zonasi pesisir bertujuan untuk memperbaiki ekosistem pesisir yang sudah rusak. Pada prinsipnya wilayah pesisir dipetakan untuk kemudian  direncanakan strategi pemulihan dan prioritas pemulihan yang diharapkan. Pembagian zonasi  pesisir dapat berupa zona penangkapan ikan, zona konservasi maupun lainnya sesuai dengan kebutuhan/pemanfaatan wilayah tersebut, disertai dengan  zona penyangga karena sulit untuk membatasi  zona-zona yang telah ditetapkan di laut. Ekosistem terumbu karang dapat dipulihkan dengan memasukkannya ke dalam zona konservasi yang tidak dapat diganggu  oleh aktivitas masyarakat sehingga dapat tumbuh dan pulih secara alami.

2. Rehabilitas
            Pemulihan kerusakan  terumbu karang dapat dilakukan dengan melakukan rehabilitasi aktif, seperti meningkatkan populasi karang, mengurangi algae yang hidup bebas, serta meningkatkan ikan-ikan karang.
v  Meningkatkan populasi karang
Peningkatan populasi karang dapat dilakukan dengan meningkatkan rekruitmen, yaitu membiarkan benih karang yang hidup  menempel pada permukaan benda yang bersih dan halus dengan pori-pori kecil atau liang untuk berlindung;  menambah migrasi melalui transplantasi, serta mengurangi mortalitas dengan mencegahnya dari kerusakan fisik, penyakit, hama dan kompetisi.
v  Mengurangi alga hidup yang bebas
Pengurangan populasi alga dapat dilakukan dengan cara membersihkan karang dari alga dan meningkatkan hewan pemangsa alga.
v  Meningkatkan ikan-ikan karang
Populasi ikan karang dapat ditingkatkan dengan meningkatkan rekruitmen, yaitu dengan meningkatkan ikan herbivora dan merehabilitasi padang lamun sebagai pelindung bagi ikan-ikan kecil, meningkatkan migrasi atau menambah stok ikan, serta menurunkan mortalitas jenis ikan favorit.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil disebutkan antara lain :
v  Pemerintah perlu adanya Konservasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil sebagai upaya perlindungan, pelestarian, dan pemanfaatan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil serta ekosistemnya untuk menjamin keberadaan, ketersediaan, dan kesinambungan Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai dan keanekaragamannya.

v  Rehabilitasi Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau kecil merupakan proses pemulihan dan perbaikan kondisi ekosistem atau populasi yang telah rusak walaupun hasilnya berbeda dari kondisi yang semula.










BAB III
PENUTUP


3.1 Kesimpulan :

v  Terumbu karang adalah kumpulan fauna laut yang berkumpul menjadi satu membentuk terumbu. Struktur tubuh karang banyak terdiri atas kalsium (Ca) dan karbon (C). Hewan ini hidup dengan memakan berbagai mikroorganisme yang hidup melayang di kolom perairan laut

v  Terumbu karang awalnya merupakan tempat habitat bagi spesies laut lain untuk melangsungkan kehidupan seperti mencari makan serta terumbu karang sebagai gudang keanekaragaman hayati bawah laut.

v  Kerusakan terumbu karang di NTT terjadi oleh beberapa penyebab yang dilakukan oleh orang yang tidak bertanggung jawab seperti pengambilan karang, pemboman ikan yang dapat merusak karang maupun menggunakan racun berbahaya yaitu racun sianida.

v  Adapun solusi yang dapat mencegah terjadinya kerusakan terumbu karang yaitu dengan melakukan zonasi maupun rehabilitasi terahadap terumbu karang tersebut.

3.2 Saran :
v  Perlu adanya kerjasama yang baik dari berbagai pihak yakni masyarakat maupun pemerintah untuk dapat melestarikan sumberdaya ekosistem laut seperti terumbu karang agar tidak cepat rusak yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab.




















DAFTAR PUSTAKA

http://www.seruu.com/indonesiana/flora-a-fauna/artikel/kerusakan-terumbu-karang-di-ntt-semakin-memprihatinkan