BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT)
sebagian besar terdiri dari lautan. Ini merupakan kekayaan alam yang bisa
digunakan untuk peningkatan ekonomi. Luas wilayah NTT saat ini mencapai
47.349,9 Km dengan luas lautan sekitar 200 ribu km dan 1.192 pulau. Ini merupakan kekayaan yang
luar biasa. Kekayan alam yang bisa diraub dengan potensi ini adalah ikan-ikan
yang hidup di laut, potensi wisata bahari, baik di permukaan maupun bawah laut,
pembudidayaan mutiara dan rumput laut serta olahraga memancing dan menyelam
(diving). Kekayaan dasar laut NTT pun bisa menjadi laboratorium alam untuk
berbagai penelitian biota laut. Keanekaragaman sumberdaya perairan Indonesia meliputi
sumberdaya ikan maupun sumberdaya terumbu karang. Terumbu karang yang dimiliki
Indonesia luasnya sekitar 7000 km2 dan memiliki lebih dari 480 jenis karang
yang telah berhasil dideskripsikan.
Sebagai salah satu ekosistem utama pesisir dan laut,
terumbu karang dengan beragam biota asosiatif dan keindahan yang mempesona,
memiliki nilai ekologis dan
ekonomis yang tinggi. Selain berperan sebagai pelindung
pantai dari hempasan ombak dan arus kuat, terumbu karang juga mempunyai nilai
ekologis antara lain sebagai habitat, tempat mencari makanan, tempat asuhan dan
tumbuh besar serta tempat pemijahan bagi berbagai biota laut. Nilai ekonomis
terumbu karang yang menonjol adalah sebagai tempat penangkapan berbagai jenis
biota laut konsumsi dan berbagai jenis ikan hias, bahan konstruksi dan
perhiasan, bahan baku farmasi dan sebagai daerah wisata serta rekreasi yang
menarik.
Proses
pemanfaatan sumberdaya perikanan di Indonesia khususnya untuk ikan-ikan karang
saat ini banyak yang tidak sesuai. Hal ini disebabkan oleh semakin bertambahnya
kebutuhan dan permintaan pasar untuk ikan-ikan karang serta persaingan yang
semakin meningkat. Keadaan tersebut menyebabkan nelayan melakukan kegiatan
eksploitasi terhadap ikan-ikan karang secara besar-besaran dengan menggunakan
berbagai cara yang tidak sesuai dengan kode etik perikanan yang bertanggung
jawab. Cara yang umumnya digunakan oleh nelayan adalah melakukan illegal
fishing yang meliputi pemboman, pembiusan, dan penggunaan alat tangkap. Semua
cara yang dilakukan oleh nelayan ini semata-mata hanya menguntungkan untuk
nelayan dan memberikan dampak kerusakan bagi ekosistem perairan khususnya
terumbu karang.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah
ini adalah sebagai berikut :
1. Apakah terumbu karang itu?
2.
Bagaimanakah keadaan terumbu karang ?
3. Bagaimanakah kerusakan terumbu karang
di NTT serta penyebabnya ?
4. Solusi
apakah yang tepat untuk mengatasi kerusakan
terumbu karang?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1.
Dapat
mengetahui pengertian dari terumbu karang.
2.
Mengetahui
keadaan pada terumbu karang
3.
Mengetahui
kerusakan terumbu di NTT beserta penyebab terjadinya kerusakan.
4.
Memberikan
solusi yang tepat guna mengatasi kerusakan terumbu karang.
1.4 Metode Penulisan
Dalam
menyelesaikan makalah ini, penulis menggunakan metode tinjauan pustaka serta
membaca-baca yang berkaitan tentang terumbu karang dengan melakukan
penjelajahan internet.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Terumbu Karang
Terumbu karang adalah kumpulan fauna laut yang berkumpul menjadi satu membentuk terumbu.
Struktur tubuh karang banyak terdiri atas kalsium (Ca) dan karbon (C).
Hewan ini hidup dengan memakan berbagai mikroorganisme yang hidup melayang di
kolom perairan laut.Terumbu karang struktur
hidupnya yang terbesar dan tertua di dunia. Untuk sampai kekondisi yang
sekarang, terumbu karang membutuhkan waktu berjuta tahun. Tergantung dari jenis,
dan kondisi perairannya. Terumbu karang umumnya hanya tumbuh beberapa milimeter
saja per tahunnya. Terumbu karang
menjadi rumah bagi ribuan spesies makhluk hidup. Jika rumahnya saja dalam
kondisi tidak baik atau bahkan hancur, bisa dibayangkan berapa banyak makhluk
hidup yang terancam kelangsungan hidupnya.
2.2 Keadaan Terumbu Karang
Terumbu karang (coral reefs)
merupakan ekosistem laut yang memiliki kadar CaCO3 (Kalsium Karbonat) tinggi,
dan komunitasnya didominasi berbagai jenis hewan karang yang keras. Kalsium
Karbonat ini berupa endapan masif yang dihasilkan oleh organisme karang (filum:
Scnedaria, klas: Anthozoa, ordo: Madreporaria Scleractinia), Alga berkapur, dan
organisme lain yang mengeluarkan CaCO3.
Arah perkembangan terumbu karang
dikontrol oleh keseimbangan ketiga faktor yaitu hidrologis, batimetris, dan
biologis. Jika ketiga factor tersebut seimbang maka terumbu karang akan
berkembang secara radial dan akan terbentuk terumbu paparan dan apabila
pertumbuhan ini berlanjut akan terbentuk terumbu pelataran bergoba. Namun jika
perkembangan radial dibatasi oleh kondisi batimetri akan terbentuk terumbu
paparan lonjong. Terumbu yang terakhir ini tidak membentuk lagun yang benar dan
depresi menyudut merupakan penyebaran pasir. Sedangkan terumbu paparan dinding
terbentuk pada kondisi batimetris dan hidrologis tidak simetris, di mana
perkembangan terumbu terbatas pada satu atau dua arah. Kondisi ini akan
menghasilkan perkembangan terumbu secara linier dan membentuk terumbu dinding
berupa terumbu dinding tanduk dan terumbu dinding garpu. Terbentuknya terumbu
dinding garpu ini menunjukkan adanya arus pasang surut yang kuat. Terumbu
karang dapat berkembang dan membentuk suatu pulau kecil.
Terumbu karang mempunyai fungsi yang amat penting bagi
kehidupan laut.
Fungsi-fungsi tersebut diantaranya
sebagai berikut:
v
Sebagai Spawning Ground dan Nursery Ground. Secara
alami, terumbu
karang merupakan habitat bagi banyak spesies laut untuk melakukan pemijahan, peneluran, pembesaran anak, serta makan dan mencari makan (feeding-foraging) terutama bagi sejumlah spesies yang memiliki nilai ekonomis penting.
karang merupakan habitat bagi banyak spesies laut untuk melakukan pemijahan, peneluran, pembesaran anak, serta makan dan mencari makan (feeding-foraging) terutama bagi sejumlah spesies yang memiliki nilai ekonomis penting.
v
Sebagai pelindung sempadan pantai, dan ekosistem
pesisir lain dari terjangan arus kuat dan gelombang besar.
v
Penyokong keberadaan pulau kecil yang ada disekitarnya.
v
Gudang keanekaragaman hayati laut.
2.3 Kerusakan Terumbu Karang di NTT
Kekayan alam yang bisa diraub dengan
potensi ini adalah ikan-ikan yang hidup di laut, potensi wisata bahari, baik di
permukaan maupun bawah laut, pembudidayaan mutiara dan rumput laut serta
olahraga memancing dan menyelam (diving). Kekayaan dasar laut NTT pun bisa
menjadi laboratorium alam untuk berbagai penelitian biota laut.
Namun kekayaan bawa laut ini akan
hilang bisa tidak dilestarikan sejak kini. Aktivitas bom ikan yang masih
berlangsung berpotensi merusak kekayaan biota laut.
Saat ini saja, kerusakan terumbu karang yang merupakan sumber kehidupan bioata laut terjadi hampir di seluruh wilayah Indonesia. Pemboman ikan bukan saja mematikan ikan tetapi berdampak pada kerusakan seluruh biota laut.
Saat ini saja, kerusakan terumbu karang yang merupakan sumber kehidupan bioata laut terjadi hampir di seluruh wilayah Indonesia. Pemboman ikan bukan saja mematikan ikan tetapi berdampak pada kerusakan seluruh biota laut.
Tahun 2006, Coral Reef Rehabilitation
and Management Program (Coremap)-LIPI telah melakukan pemetaan terumbu karang
di seluruh Indonesia, dengan luasan terumbu karang tercatat sekitar 75 ribu km
persegi yang tersebar di sekitar 841 lokasi di seluruh wilayah Indonesia.
Coremap melaksanakan pemetaan di tiga wilayah Indonesia, yaitu Indonesia Barat,
Tengah dan Timur. Penelitian di wilayah Indonesia Tengah termasuk perairan NTT
yakni Kupang dan Maumere. Hasil penelitian tersebut menyebutkan, sekitar 75
persen terumbu karang di Teluk Maumere, Kabupaten Sikka mengalami kerusakan
akibat cara penangkapan ikan yang dilakukan nelayan menggunakan bom dan
racun-racun lainnya.
Terdapat
97 titik di perairan Teluk Maumere dan sekitarnya namun sebagian besar terumbu
karang sudah rusak atau mati dan sisanya hanya 25 persen. Ini data yang
disampaikan Coremap, sebuah program bantuan asing yang memfokuskan perhatiannya
pada bidang pengelolaan terumbu karang.
Akibat dari terumbu karang yang sudah rusak
itu, katanya, jumlah ikan yang hidup di laut berkurang. Dampak lanjutannya
adalah penghasilan nelayan menurun dan sumber nutrisi untuk manusia pun ikut
berkurang.
Terumbu
karang di Teluk Maumere memiliki keindahan dan aneka warna sehingga dijadikan sebagai
salah satu taman laut di Indonesia. Namun banyak di antaranya rusak karena
kegiatan pengemboman ikan dan gempa bumi yang terjadi pada 1992.
Kerusakan terumbu karang di Teluk Kupang
juga cukup memprihatinkan. Berbeda dengan kasus Maumere, terumbu karang di
Kupang rusak karena ekploitasi yang dilakukan para pembuat kapur. Bahan baku
pembuatan kapur tersebut membuat para penambang tidak saja mengambil karang
laut di tepi pantai, namun sudah masuk hingga ke dalam laut.
Eksploitasi hasil laut secara sacara
seperti mengambil karang laut juga merupakan bentuk pengrusakan biota laut.
“Karang merupakan rumah ikan sekaligus sumber makanan bagi ikan, sementara
karang membutuhkan waktu sangat lamah untuk tumbuh dan berkembang.
Berikut ini adalah beberapa faktor yang
menyebabkan rusaknya terumbu karang :
v
Sedimentasi
Konstruksi di daratan dan sepanjang
pantai, penambangan atau pertanian di daerah aliran sungai ataupun penebangan
hutan tropis menyebabkan tanah mengalami
erosi dan terbawa melalui aliran sungai ke laut dan
terumbu karang. Kotoran-kotoran,
lumpur ataupun pasir-pasir ini dapat membuat air menjadi kotor dan tidak jernih
lagi sehingga karang tidak dapat bertahan
hidup karena kurangnya cahaya. Hutan mangrove dan padang lamun yang
berfungsi sebagai penyaring juga menjadi rusak
dan menyebabkan sedimen dapat mencapai terumbu karang. Penebangan hutan mangrove untuk keperluan kayu bakar
dapat merubah area hutan mangrove tesebut menjadi pantai terbuka. Dengan
membuka tambak-tambak udang dapat merusak tempat penyediaan udang alami.
v
Penagkapan ikan dengan bahan peledak
Penggunaan bahan peledak untuk penangkapan ikan
oleh nelayan akan mengakibatkan
penangkapan ikan secara berlebihan,
sehingga menyebabkan tangkapan ikan akan
berkurang dimasa berikutnya. Penggunaan Kalium Nitrat (sejenis pupuk) sebagai
bahan peledak akan mengakibatkan ledakan
yang besar, sehingga membunuh ikan dan merusak
karang di sekitarnya.
v
Aliran Drainase
Aliran
drainase yang mengandung pupuk dan
kotoran yang terbuang ke perairan pantaiyang mendorong pertumbuhan algae yang akan menghambat pertumbuhan polip
karang, mengurangi asupan cahaya dan
oksigen. Penangkapan secara berlebihan membuat masalah ini bertambah
buruk karena ikan-ikan yang biasanya makan algae juga ikuk tertangkap
v
Penggunaan racun sianida terhadap karang
Kapal-kapal
penangkap ikan seringkali menggunakan Sianida dan racun-racun lain untuk
menangkap ikan-ikan karang yang berharga. Metode ini acap digunakan untuk menangkap ikan-ikan
tropis untuk akuarium dan sekarang digunakan untuk menangkap ikan-ikan sebagai
konsumsi restoran-restoran yang memakai
ikan hidup.
v
Pengambilan dan Pengerukan
Pengambilan
karang untuk digunakan sebagai bahan baku konstruksi atau dijual untuk
cinderamata juga merusak terumbu karang. Demikian pula pengerukan dan
pengeboman karang untuk konstruksi di
daerah terumbu karang.
v
Pemanasan Global
Terumbu karang juga terancam oleh pemanasan global.
Pemutihaan terumbu karang meningkat selama dua dekade terakhir, masa dimana bumi mengalami beberapa kali
suhu tepanas dalam sejarah. Ketika suhu laut meningkat sangat tinggi, polip
karang kehilangan algae simbiotik didalamnya, sehingga mengubah warna mereka
menjadi putih dan akhirnya mati.
Pemanasan global juga mengakibat cuaca ekstrim sukar diperkirakan, seperti
badai tropis yang dapat mengakibatkan
kerusakan fisik ekosistem terumbu karang
yang sangat besar. Meningkatnya permukaan laut juga menjadi ancaman serius bagi
terumbu karang dan pulau-pulau kecil maupun atol.
2.4 Solusi
1. Zonasi
Pengelolaan zonasi pesisir bertujuan untuk
memperbaiki ekosistem pesisir yang sudah rusak. Pada prinsipnya wilayah pesisir
dipetakan untuk kemudian direncanakan
strategi pemulihan dan prioritas pemulihan yang diharapkan. Pembagian
zonasi pesisir dapat berupa zona penangkapan
ikan, zona konservasi maupun lainnya sesuai dengan kebutuhan/pemanfaatan
wilayah tersebut, disertai dengan zona
penyangga karena sulit untuk membatasi
zona-zona yang telah ditetapkan di laut. Ekosistem terumbu karang dapat
dipulihkan dengan memasukkannya ke dalam zona konservasi yang tidak dapat
diganggu oleh aktivitas masyarakat
sehingga dapat tumbuh dan pulih secara alami.
2.
Rehabilitas
Pemulihan kerusakan terumbu karang
dapat dilakukan dengan melakukan rehabilitasi aktif, seperti meningkatkan
populasi karang, mengurangi algae yang hidup bebas, serta meningkatkan
ikan-ikan karang.
v
Meningkatkan populasi karang
Peningkatan
populasi karang dapat dilakukan dengan meningkatkan rekruitmen, yaitu
membiarkan benih karang yang hidup
menempel pada permukaan benda yang bersih dan halus dengan pori-pori
kecil atau liang untuk berlindung;
menambah migrasi melalui transplantasi, serta mengurangi mortalitas dengan
mencegahnya dari kerusakan fisik, penyakit, hama dan kompetisi.
v
Mengurangi alga hidup yang bebas
Pengurangan
populasi alga dapat dilakukan dengan cara membersihkan karang dari alga dan meningkatkan
hewan pemangsa alga.
v Meningkatkan
ikan-ikan karang
Populasi ikan karang dapat
ditingkatkan dengan meningkatkan rekruitmen, yaitu dengan meningkatkan ikan
herbivora dan merehabilitasi padang lamun sebagai pelindung bagi ikan-ikan
kecil, meningkatkan migrasi atau menambah stok ikan, serta menurunkan
mortalitas jenis ikan favorit.
Berdasarkan Undang-Undang
Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil disebutkan antara lain :
v
Pemerintah perlu adanya Konservasi Wilayah
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil sebagai upaya perlindungan, pelestarian, dan pemanfaatan
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil serta ekosistemnya untuk menjamin
keberadaan, ketersediaan, dan kesinambungan Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai dan keanekaragamannya.
v
Rehabilitasi Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau
kecil merupakan proses pemulihan dan perbaikan kondisi ekosistem atau populasi
yang telah rusak walaupun hasilnya berbeda dari kondisi yang semula.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan :
v Terumbu karang adalah kumpulan fauna laut yang berkumpul menjadi satu membentuk terumbu.
Struktur tubuh karang banyak terdiri atas kalsium (Ca) dan karbon (C).
Hewan ini hidup dengan memakan berbagai mikroorganisme yang hidup melayang di
kolom perairan laut
v
Terumbu karang awalnya merupakan tempat habitat
bagi spesies laut lain untuk melangsungkan kehidupan seperti mencari makan
serta terumbu karang sebagai gudang keanekaragaman hayati bawah laut.
v
Kerusakan terumbu karang di NTT terjadi oleh
beberapa penyebab yang dilakukan oleh orang yang tidak bertanggung jawab
seperti pengambilan karang, pemboman ikan yang dapat merusak karang maupun
menggunakan racun berbahaya yaitu racun sianida.
v
Adapun solusi yang dapat mencegah terjadinya
kerusakan terumbu karang yaitu dengan melakukan zonasi maupun rehabilitasi
terahadap terumbu karang tersebut.
3.2 Saran :
v Perlu
adanya kerjasama yang baik dari berbagai pihak yakni masyarakat maupun
pemerintah untuk dapat melestarikan sumberdaya ekosistem laut seperti terumbu
karang agar tidak cepat rusak yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak
bertanggung jawab.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.seruu.com/indonesiana/flora-a-fauna/artikel/kerusakan-terumbu-karang-di-ntt-semakin-memprihatinkan